SELAMAT DATANG DI NANANG SINTANG BLOGSPOT SEMOGA DAPAT MEMBANTU KALIAN SEMUA

Ada 4 Cara Singkat Menuju Sehat




''Menjaga tubuh agar tetap fit dan jauh dari penyakit ternyata tak sesulit yang dibayangkan lho. Misalnya saja dengan melakukan hal-hal sederhana seperti yang akan Cosmo ulas berikut ini.
Floss Your Teeth
Membersihkan gigi tidak cukup hanya dengan menyikat gigi pagi dan malam hari saja. Sebaiknya, Anda juga melanjutkannya dengan flossing gigi agar manfaatnya terasa lebih maksimal. Kemampuannya dalam membersihkan sela-sela gigi akan membuat Anda terbebas dari bau mulut tak sedap. Selain itu, Anda juga dapat terhindar dari penyakit ganas seperti penyakit jantung dan diabetes. Lho, apa hubungannya? Ternyata kebersihan gigi juga akan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh Anda. Bakteri yang menumpuk pada gigi sangat mungkin untuk menyebar ke dalam tubuh dengan sangat mudah.
Minum Teh Hitam
Kandungan antioksidan dan theaflavin yang tinggi di dalam teh hitam mampu membentengi diri Anda dari penyakit kanker, jantung koroner, dan kolesterol. Bahkan, penelitian Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA) yang dipublikasikan dalam Journal Agric Food Chem 2002 menunjukan kemampuan teh hitam dalam meningkatkan aktivitas insulin melebihi teh hijau dan teh oolong. Teh hitam ini dapat Anda minum setiap hari, tapi sebaiknya tidak ditambah gula ya.
Duduk Tegak
Sebagai wanita karier, Anda tentu lebih banyak menghabiskan waktu dengan duduk di depan komputer. Nah, ternyata penting lho untuk menjaga postur tubuh yang tepat saat duduk. Pasalnya, inilah salah satu faktor utama penyebab tubuh lelah, sakit pinggang dan punggung, serta tidak lancarnya peredaran darah. So, mulai dari sekarang coba tegakkan tubuh Anda dan tatapan harus lurus ke depan layar.
Take a Deep Breath
Jika Anda sedang merasa tegang atau gugup, coba buat tubuh lebih relaks, tarik nafas yang dalam dari hidung, lalu hembuskan perlahan lewat mulut. Bagaimana rasanya? Lebih tenang kan? Yup, hal yang sangat sederhana ini sangat sering terlupakan, padahal selain dapat membuat tubuh lebih relaks, take a deep breath juga dapat menambah konsentrasi.

CERITA MISTERI KOTA PONTIANAK


( Benarkah Nama “Pontianak” berasal dari nama hantu “Kuntilanak” ? … Benarkah di Kota ini tempat berasalnya hantu “Kuntilanak” ? … dan Benarkah di kota yang di lewati “Garis khatulistiwa” ini terkenal Angker ?? .. ) ..

saya mau crita ada sedikit sejarah yg saya tau, semoga bisa membantu.
"PONTIANAK “KOTA KHATULISTIWA”
Kota Pontianak di dirikan oleh Syarief Abdurahman Al kadrie, pada tanggal 23 Oktober 1771. Lalu Syarif Adburahman di nobatkan sebagai kesultanan Pontianak. Nama Pontianak sendiri di percaya ada Kaitannya dengan Kisah Dongeng Syarif Abdurahman yang sering di ganggu oleh hantu “Kuntilanak” Ketika beliau menyusuri sungai Kapuas sepanjang 1100 KM.. yang merupakan sungai terpanjang di INDONESIA. Menurut cerita,, Syarif Abdurahman terpaksa melepaskan tembakan meriam untuk mengusir hantu itu sekaligus mendadakan dimana meriam Itu jatuh maka di sanalah wilayah kesultanannya di Dirikan
Dan Hingga kini Budaya membunyikan meriam masih kerap di lakukan Warga saat acara-acara tertentu, Di pontianak. Gunanya untuk tetap memerangi Hantu “Kuntilanak”.

"SUNGAI KAPUAS “SUNGAI MISTIS”
Sungai kapuas atau Sungai batang lawai, merupakan sungai yang terpanjang di INDONESIA.. dengan panjang sekitar 1143 KM. sungai ini membelah kota Pontianak dan Simbolnya di abadikan sebagai lambing kota Pontianak.. walaupun telah Mengalami pencemaran akibat aktivitas penambangan Emas, sungai Kapuas ini tetap menjadi Urat Nadi bagi kehidupan Masyarakat di sepanjang aliran sungai. Sungai kapuas pun tak luput dari Cerita Mistis mengenai “Penunggu Sungai” Masyarakat mengenalnya dengan : Puaka,
Puaka adalah PENUNGGU atau HANTU PENUNGGU arau Indentik dengan sesuatu yang besar dan tinggal sejak lama di suatu Wilayah .. di kabarkan Puaka, Sungai kapuan ini adalah seekor ular Besar yang melintang di dasar sungai kapuas, dimana ekornya tepat di Muara sungai Sekayam dan kepalanya : di daerah “pancur adji”.. kabarnya di sungai ini pun terdapat kerajaan Ghaib.
TUGU KHATULISTIWA PONTIANAK
kota ini terkenal sebagai kota khatulistiwa karena di lalui garis Lintang 0 derajat bumi, di Utara kota pontianak ini tepatnya di siantan tepatnya terdapat Monumen atau tugu Khatulistiwa tepatnya di bangun tepat di garis lintang 0 derajat bumi, Tugu Khatulistiwa atau Equator Monumen ini salah satu Icon wisata Pontianak .. bangunan tugu ini terdiri dari : 4 buah tonggak Kayu berlian .. atau kayu besi. Masing-masing berdiameter 0.30 meter.. dan tonggak bagian belakang Lingkaran dan anak panah penujuk arah setinggi berdiameter 4.40 meter.. diameter lingkarannya terdapat tulisan *lupa tulisan apa* sepanjang 12.11 meter.. panjang penujuk arah 2.15 meter.
Pada bulan Maret 2005, TIM badan pengkajian dan Penerapan melakukan mengeroksi untuk menentukan Titik nol garis Khatulistiwa di kota Pontianak, hasil pengukuran oleh TIM BPWT menunjukan bahwa Posisi tepat tugu Khatulistiwa tergeser 117 m kearah sungai Kapuas dari arah Tugu saat ini.. di tempat ini di bangun Patok baru yang masih terbuat dari Pipa dan tali Rafia.. Peristiwa Pentin dan Menakjubkan di sekitar tugu Khatulistiwa adalah saat terjadinya “Kulminasi Matahari” yakni Fenomena alam ketika matahari tepat berada di Garis Khatulistiwa.. Pada kulminasi ini terjadinya Bayangan tubuh akan hilang beberapa detik saat terpapar sinar Matahari *wuih kerend gg tuh* .. demikian juga dengan bayangan benda-benda lain di sekitar Tugu.. Kulminasi akan terjadi pada tanggal 21 – 23 Maret dan 21- 23 September..

MAKAM KESULTANAN "BATU LAYANG PONTIANAK"
Makam kesultanan batu laying adalah makam kompleks para kesulatanan Qadriah pada saat Sultan pertama, Sultan Syraif Abdurahman al Kadrie Hingga sultan terkahir. Sultan Hamid 2 al kadrie. Di Kompleks 2 makam ini, di makamkan beberapa permaisyuri dan Pangeran kesultanan Qadriah pontianak.. Pemakaman batu laying di bentuk sejak masa pemerintahan sultan Syarif abdurahman al kadrie, Makam sultan Syarif Abdurahman A.K, pendiri kesultanan Qadriah Pontianak terlihat menjadi Sentral areal pemakaman Ini.. Konon Kabarnya jika kita berfoto di dekat makam tersebut, Jika beruntung sultan akan menampakan dirinya di dalam foto tersebut..
Di Luar Kompleks Makam ini terdapat Gundukan batu.. yang di cat warna HIJAU..gundukan batu ini yang di sebut “batu Layang”.. di ceritakan dulunya batu ini terdapat di sebrang Pulau hingga dapat berpindah ke tempat sekarang.. untuk itu lah batu ini di juluki dengan “batu Layang”..
ada yang mengatakan Jika kita berfoto di batu ini, terkadang Objek yang di foto akan Hilang.. yang tampak justru sosok yang lain/Penampakan.“di batu Layang,,, tadi saya sudah duduk, yang paling di atas sana .. pandangan ke sungai itu sangat luas dan memang ada beberapa batu besar lain selain disini,.. terus terang saya memang mendengar banyak cerita mengenai Mitos dan asal muasal batu layang dan banyak kejadian penampakan pada saat orang berfoto-foto di daerah sini yang pada saat orang berfoto ternyata hasilnya bukan foto Orang tersebut melainkan di ganti oleh sesosok lain. berdasarkan dari fakta tersebut yang saya dengar, saya langsung kesini.. Observasi langsung, ‘sebenernya ada apa sih’ di tempat sini? Ternyata setelah saya melakukan Komunikasi dari arah depan sendiri saya sudah merasakan dimana Dimensi yang berbeda yang sangat Kuat di tempat ini. saya mencoba "Melihat" & ternyata disini adalah Gerbang/Pintu masuk ke Dimensi lain.. sebenernya di batu ini seperti Pintu masuk ke sebuah kerajaan yg ada di daerah batu layang ini, jadi yang saya lihat dari arah sungai ini ada seperti Ular, tetapi bukan ular, mirip Naga.. dan tadi ada di foto penampakan di samping saya terbang melesat.. cepat, kemudian di arah batu ini ada 2 sosok tinggi besar seperti penjaga.. tetapi saat saya berkomunikasi,, mereka Positive (energi Positive), mereka mengucapkan selamat datang. dan sepertinya di manapun juga, di manapun kita berada, kita harus menghormati, yang tidak terilhat maupun terlihat..” Tutur Citra Prima saat ia menjelaskan keberadaan mahluk astral di atas batu tsb.

JEMBATAN AIR HITAM
kabarnya di jalan besar ini sering sekali terjadi kecelakaan dapat menelan Korban Jiwa.. Kecelekaan yang sempat Menghebohkan adalah Adalah SATLANTAS POLRES yang meninggal setelah motornya tertabrak kendaraan dari arah berlawanan.. menurut penduduk sekitar, kecelakaan yang sering Terjadi disini karena terkadang Pengedara melihat sesuatu yang menyebrang Jalan.. yang Akhirnya membuat Pengemudi Kendara tidak focus dan terjadinya Kecelakaan..
Menurut Ustadz Sholeh Patih :
“ di Jembatan Air Hitam, sering sekali terjadi Kecelakaan.. dalam penelusuran kita, disitu ada Garis itu Tembok Ghaib.. Pintunya ke atas-kebawah.. kalau sudah ketutup nah terjadilah sesuatu di situ..”
“sama seperti tadi sebelum kita mulai, itu tiba-tiba ada Truck macet tiba-tiba di depan kita.. dan anginnya berputar kencang di atas” tutur kak citra melanjutkan pembicaraan Ustadz..
Menurut mas tukul, saat mobil Trans 7 menuju jembatan tersebut.. di dalam Mobil tersebut menyetel VCD/CD lagu.. tiba tiba lagunya ilang & menjadi suara orang teriak..
Oya, kalian tau.. kenapa di namakan Jembatan Air Hitam? Setelah kak citra cek, ‘Air Hitam’ ternyata pengaruh Kecelakaan dan tempat ini salah satu, alasannya juga karena di dalam tanah ini, itu daya magnetnya Kuat >> magnet besi.. jadi saat mobil lewat itu juga tarik menarik Gravitasi., itu salah satu penyebab secara Ilmiah..
“Dan tadi saya terus terang berhenti disini, Jembatan yang mengarah ke arah Rumah penduduk tetapi bisa di lihat sendiri ini juga tidak pernah terurus juga.. dan Jembatan Ini menyebrangi Air Hitam.. yang kalo siang sendiri ini airnya bewarna HITAM, tetapi setelah saya Observasi …. Itu ada Kandungan Magnetic, magnet yang sangat Kuat di dasar Sungai, batu-batu… jadi Sungai | Tanah | Pasir | Batu batu |… itu dia salah satu menyebabkan kenapa,.. Secara Ilmiah di Jelaskan kenapa sering terjadi Kecelakaan itu sendiri.. dan bisa liat sendiri Jembatan ini terbuat dari Beton dan Baja, besi.. Itu Konduktor yang sangat Kuat…Pas menarik dari Gravitasi Bumi sudah sangat kuat gaya magnetnya.. dan Mobil yang sedang Melaju kencang itu terjadi Pergesekan.. itu dia yg menyebabkan kenapa, tiba tiba mobil bisa cepat melaju dan tiba – tiba secara tidak sengaja berhenti mendadak padahal Jalannya juga tidak terlalu menanjak naik… sementara dari arah sana juga cepat, itu juga mungkin yang bisa terjadinya kecelakaan,…. Namun Kondisinya itu secara Ilmiah bila di Jelaskan. Tetapi jika kita masuk ke dimensi lain secara Astral.. Karena sering terjadi kecelakaan dan tempat ini jarang di bersihkan atau di rawat dan Juga jalanan Gelap, banyak Pohon lebat.. kebun, dan bia liat sendiri, itu menyebabkan banyak sekali penumpukan-penumpukan Orbs yang Negative .. yang terus akan mengulang kejadian yang sama.. seperti RESIDUAL ENERGI.. RESIDUAL ENERGI itu yang di alami oleh : mas tukul yang di alami mobilnya berserta rekan-rekan, bagaimana kejadian awal CD yang di dengarkan adalah CD musik.. berubah menjadi suara Jeritan Orang yang mendadak.. itu yang muncul di Mobil mas tukul adalah RESIDUAL ENERGI.. yang pernah terjadi di Lokasi” Tutur kak citra saat menjelaskan hal tersebut.. Saat kak citra mengobrol ngobrol tentang apa yang kak citra telusuri.. beberapa saat kemudian Ustadz. sholeh patih datang dan membawa Lukisan yang menggambarkan “Hantu Kuyang” ..
“Ini sosok Kuyang mas,, Kuyang itu Siluman , Wanita, cuman kepala saja dan isinya tampak Kulit ada usus, Hati, semua di keluarin, yang memang sengaja begitu, kenapa begitu? .. dia itu sewaktu Hidupnya; Ingin mempunyai Ilmu, tetapi Ilmu Hitam, ngga kesampean.. akhirnya terjadilah seperti Ini.. ngga kesampean, jadi makanya hati-hatilah menuntut Ilmu.. ada Gurunya yang Baik baik saja, kadang2 yg aneh.. ada yang bimbing, Ini contohnya.. Sosok Ini sukanya minum darah bayi yg baru lahir.. darah persalinan.. kalau ngga ada, nah inilah anak buahnya suruh berjejer di Jembatan Air Hitam.. makanya sering terjadi kecelakaan.. Akhirnya kalao udah dapet, klo di hantu ngga dapet bayi… bisa2 korban kecelakaan akan menjadi tumbalnya.., makanya hati kalao bersalin, sehabis bayi di Jaga keselametannya.. terus di Lindungi dan bertanggung Jawab. Trus disitu ada benteng, seperti tembok Ghaib.. itu arahnya kalao kebuka keatas, kalau ketutup itu kebawah.. makanya kalo sering di tutup itu sering teradi kecelakaan.. nah dari situ Korban akan di hisap darahnya..” Tutur Ustadz sholeh, saat menjelaskan Lukisan tersebut…

"Cerita Sejarah dan Adat Istiadat Sintang"

Sejarah tentang Dara Juanti berlayar ke tanah Jawa bukanlah hal yang baru. Tatkala ditelusuri akan membawa kita kepada kilas balik sejarah di awal tahun 1400 M. Betapa tidak? Kita tidak mungkin menafikan, atau menghilangkan begitu saja nama kerajaan besar di tanah Jawa. Kaitannya sangat erat dengan cikal bakal raja-raja Sintang selanjutnya, dan tidak bisa terlepas dari keberadaan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Sebab nama Patih Lohgender tercantum dalam sejarah Majapahit, sebagai seorang patih pada masa pemerintahan Dewi Suhita yang bergelar Ratu Kencana Wungu turunan ke 6 dari Raden Wijaya pendiri Kerajaan Majapahit tahun 1292.
Dalam perjalanan mencari abangnya Demong Nutup yang konon ditawan oleh kerajaan Majapahit. Saat tiba di tanah Jawa terjadi pertemuan yang singkat antara Patih Lohgender dengan Dara Juanti, situasi di kerajaan Majapahit semakin memanas, seakan-akan menunggu kehancuran karena perebutan tahta kekuasaan yang mengakibatkan perang saudara, dimana Bhre Wirabumi (dikenal sebagai Minak Jinggo) Raja Belambangan memberontak. Ia tidak setuju dengan pengangkatan Dewi Suhita sebagai raja, Sebab ia merasa lebih berhak duduk di tahta Kerajaan Majapahit. Pararaton mencatat, Perang Paregreg (perang yang berangsur-angsur) yang berlangsung tahun 1401 – 1406 M antara Wikramawardhana-Bhre Wirabhumi terjadi pada tahun Saka naga-loro-anahut-wulan atau 1328 Saka (1406 M).
Kembali kepada pertemuan antara Patih Lohgender dengan Putri Dara Juanti di tanah Jawa, tersirat beberapa ujian yang diberikan oleh Patih Lohgender kepada Putri Dara Juanti sebagai bukti apakah Demong Nutup itu benar abangnya atau bukan. Ujian pertama adalah Dara Juanti dan Demong Nutup diminta untuk berbaring diatas satu buah pelepah daun pisang. Artinya apabila pelepah daun pisang itu pecah, maka mereka bukanlah saudara. Setelah melakukan ujian itu ternyata pelepah daun pisang sebagai alas untuk keduanya berbaring tidak pecah. Artinya mereka berdua benar-benar saudara.
Setelah melewati ujian pertama, Patih Lohgender masih belum puas, dia ingin membuktikan siapa sosok ksatria yang penampilannya mirip perempuan. Patih Lohgender menguji lagi untuk melompat sebuah sungai, karena menurut kepercayaan masyarakat di Majapahit saat itu apabila yang melangkahi sungai itu betul-betul seorang perempuan, maka dengan seketika dia akan datang menstrusai/haid akan keluar. Dara Juanti terdiam sejenak karena takut penyamarannya diketahui oleh Patih Lohgender. Tetapi tiba-tiba datang seekor burung elang yang selalu menemani Putri Dara Juanti menghampirinya seolah-olah berkata segera untuk melakukan ujian itu. Dengan penuh percaya diri Dara Juanti melakukannya tiba-tiba burung kesayangannya itu langsung menabrak dada Dara Juanti dan burung itu mengoyak dadanya sendiri sehingga darah segarpun bercucuran. Dengan melihat darah yang itu Patih Lohgender begitu yakin bahwa dalam penyamaran itu adalah seorang perempuan. Tetapi betapa kagetnya Patih Lohgender ketika Dara Juanti mengatakan bahwa darah itu adalah darah burung sembari menunjukan burung yang ada ditangannya. Namun saat itu Putri Dara Juanti kembali melompati sungai itu untuk menghampiri Patih Lohgender lagi, dan tanpa disadari penutup kepala Putri Dara Juanti terlepas. Dan pada akhirnya Putri Dara Juanti membuka semua tutup kepalanya dan menguraikan rambutnya yang panjang. Betapa kagetnya Patih Lohgender ketika melihat wajah cantik yang dihadapannya memiliki ilmu kenuragaan yang tinggi, yang ternyata kecurigaannya memang benar terjawab bahwa itu sosok wajah perempuan yang menyamar sebagai laki-laki.
Setelah dua ujian itu mampu dilewati oleh Putri Dara Juanti dan Patih Lohgender mengakui kehebatan dan keberanian Putri Dara Juanti. Sikap pemberani Putri Dara Juanti itu membuat seorang Patih dari kerajaan Majapahit terkagum-kagum. Tetapi apa yang dikatakan oleh Patih Lohgender pada saat itu ?.... Wahai Tuan Putri… ketahuilah..! jangankan untuk membawa abangmu pulang ke negeri asal mu, satu genggam tanah di majapahit pun tidak aku ijinkan untuk dibawa. Dara Juanti terus berusaha untuk memohon kepada Patih Lohgender, dan pada akhirnya iapun menjawab, saya siap membebaskan abang-mu dan mengijinkan untuk dibawa pulang ke negeri-mu, tetapi ada persyaratannya. Dara Juanti kaget dan bertanya… Apa persyaratannya tuan..? Dengan enteng Patih Lohgender menjawab “ Abang mu akan bebas asalkan tuan putri bersedia menikah dengan ku”.
Betapa terkejutnya Dara Juanti mendengar persyaratan yang diminta oleh Patih Lohgender dan sejenak terdiam seribu bahasa, dan pada akhirnya terjawab juga. Baiklah Tuan… saya bersedia, tetapi tuan harus memenuhi persyaratan ku juga yaitu “Tuan harus datang ke negeri dimana tempat ku berada”. Setelah keduanya sama-sama sepakat dan masing-masing menerima dan setuju dengan persyaratan, Dara Juanti segera membawa abangnya pulang ke negeri Sintang.
Singkat sejarah, setelah perang usai, Dewi Suhita (Ratu Kencana Wungu) memerintahkan kepada Temenggung Arya Kembar untuk mengasingkan kedua putra Patih Lohgender dan melepaskan semua jabatan dari struktur pemerintahan majapahit. Sejak kedua putranya diasingkan oleh Dewi Suhita, sebagai seorang ayah Patih Lohgender merasa malu dengan perbuatan kedua putranya, Patih Logender pun mengundurkan diri dan melepaskan semua jabatannya dari struktur pemerintahan kerajaan Majapahit. Dan pada akhirnya Patih Logender memutuskan untuk pergi ke Borneo tepatnya di negeri Sintang dimana tempat Puteri Dara Juanti memerintah sebagai seorang raja/ratu.
Kedatangan Patih Lohgender di Negeri Sintang memang benar-benar memenuhi persyaratan yang diminta oleh Dara Juanti. Tidak hanya itu, tetapi kecantikan Putri Dara Juanti itu sendiri yang membuat hati seorang Patih dari Majapahit rela melepaskan semua jabatanya untuk mencari jalan bagaimana caranya untuk dapat bertemu. Dengan menempuh perjalanan yang begitu jauh serta melelahkan, pada akhirnya Patih Lohgender tiba juga di negeri Sintang. Setibanya di negeri Sintang, betapa kagetnya Patih Lohgender, ternyata ksatria yang dia jumpai di pelabuhan Tuban itu adalah seorang raja muda yang arif dan bijaksana.
Singkat sejarah, akhir dari semua itu keduanya saling menyukai. Dalam waktu yang tidak terlalu lama Patih Logender meminang Puteri Dara Juanti kepada abangnya Demong Nutup. Namun pinangan itu ditolak oleh Demong Nutup dengan syarat pinangan itu akan diterima apabila Patih Lohgender sanggup mengeluarkan 40 orang kepala dan 20 orang gadis yang masih suci, keris elok tujuh berkepala naga serta barang lainya. Mendengar persyaratan itu Patih Logender kembali ke Jawa untuk menyiapkan persyaratan yang diminta oleh Demong Nutup untuk meminang adiknya Dara Juanti.
Kesempatan yang baik tidak disia-siakan oleh Patih Lohgender, berbekal pengalaman sebagai seorang patih di Majapahit dan juga sebagai seorang seniman, Patih Lohgender memanfaatkan waktu di desa kelahirannya yaitu desa Loh untuk mempersiapkan semua persyaratan pinangannya kepada Putri Dara Juanti. Yang lebih istimewa sebagai hasil karyanya adalah tiang penyangga gong besar yang diukir dengan bentuk ular naga sebagai penguasa sungai / laut yang di puncaknya terdapat burung Garuda bermahkota sebagai penguasa dunia atas. Selain itu juga terdapat sebongkah tanah yang disebut tanah Majapahit, Seperangkat Alat Musik Gamelan, Sebuah keris elok tujuh yang merupakan salah satu senjata pusaka Majaphit yang bernama Keris Naga Serinti, 40 orang kepala dan 20 orang gadis yang masih suci, serta busana cindai disebut Gerising Wayang yang merupakan kelengkapan pakaian mulai dari mahkota seperti yang terdapat dipuncak gantungan gong yang disebut juga dengan Jamang Mustika. Dengan membawa persyaratan yang diminta dan semuanya telah disiapkan barulah Patih Lohgender kembali lagi ke negeri Sintang untuk diserahkan kepada Putri Dara Juanti.

Burung Garuda Lambang Kerajaan Sintang dan Elang Rajawali Garuda Pancasila Lambang Negara

Setelah Raden Syamsuddin diberhentikan oleh pemerintah NICA (Belanda) dari jabatan Panembahan, maka di Sintang hanya ada pemerintahan tunggal yaitu NICA dengan Beuwkes sebagai assisten residet. Susunan tata pemerintahan kerajaan disempurnakan berdasarkan pengakuan terhadap 12 daerah pemerintahan swapraja dan 3 daerah Neo Swapraja yang diakui oleh pemerintahan Hindia Belanda sejak tahun 1926 dengan staatsblad 1948 (hasan, Syamsuddin, 1973). Dengan perkembangan inilah dalam tahun 1947 diangkat Ade Muhammad Djohan sebagai Ketua Majelis Kerajaan Sintang. Ke 12 daerah Swapraja serta 3 daerah Neo Swapraja ini membentuk suatu gabungan yang merupakan sebuah Federasi. Federasi ini oleh pemerintah NICA diakui sebagai daerah Istimewa dengan pemerintahan sendiri melalui sebuah Dewan yang disebut Dewan Kalimantan Barat (DKB), dan daerahnya disebut Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB). Pengakuan ini dikeluarkan oleh Letnan Gubernur Jendral, tanggal 2 Maret 1948 (Staatsblad 1948 No. 58), (sumber bukuWajah Kalimantan Barat” Hal. 14).
Usia DIKB tidak lama, karena dengan surat keputusan No. 234/R dan 235/R tanggal 7 Mei 1950 menyerahkan wewenang pemerintahannya kepada Resident Kalimantan Barat di Pontianak sebagai wakil pemerintah Pusat RIS di saat itu. Kemudian Menteri Dalam Negeri RIS mengeluarkan surat keputusan No. B.Z. 17/2/47 tertanggal 24 Mei 1950 yang menetapkan bahwa Pemerintahan di Kalimantan Barat dijalankan oleh Residen Kalimantan Barat berlandaskan pasal 54 Konstitusi RIS.
Saat Ade Mohammad Djohan diangkat menjadi Ketua Mejelis Kerajaan Sintang, beliau juga terpilih sebagai anggota DPR wakil Kalimantan Barat. Dari jabatan itu hubungan persahabatan keduanya semakin dekat, apalagi saat itu Sultan Hamid II sebagai Menteri Negara Zonder Porto Folio berdasarkan keputusan Presiden Republik Indonesia Serikat (RIS) No. 2 tahun 1949 dipercaya untuk mengkoordinir kegiatan perancangan lambang Negara. Sehubungan dengan penugasan itu beliau mulai melakukan pendekatan ke berbagai kalangan termasuk melakukan studi komperatif atas lambing Negara barat maupun timur. Dalam rangka mencari ide untuk membuat lambang Negara, terdapat kesempatan Sultan Hamid II berbicara kepada Ade Mohammad Djohan (sebagai kepala Swapraja Sintang anggota parlemen RIS). Ade Mohammad Djohan menyatakan bahwa lambang kerajaan Sintang adalah Burung Garuda. Mendengar ucapan Ade Mohammad Djohan, Sultan Hamid sangat tertarik dan sejak itu baik di Jakarta ataupun di Pontianak terjadi diskusi yang sangat intensif antara keduanya. Akhir dari semua itu Sultan Hamid II memberitahukan kepada Ade Mohammad Djohan bahwa beliau telah memutuskan akan membuat rancangan Lambang Negara RIS berbentuk Burung Garuda.
Berhubung dengan itu Sultan Hamid II pada bulan Januari 1950 berkunjung ke Kapuas Hulu dan dengan sengaja singgah di kesultanan Sintang untuk membuktikan sebuah fakta yang yang pernah dibicarakan dengan Ade Mohammad Djohan tentang lambang kerajaan Sintang. Pada saat Sultan Hamid melihat fakta yang ada, beliau kagum dan sangat tertarik. Oleh karena itu Sultan Hamid II segera meminjamkan burung Garuda sebagai lambang kerajaan Sintang untuk dibawa ke Pontianak. Burung Garuda yang dipinjam oleh Sultan Hamid sat itu adalah berukuran kecil yang menghiasi puncak penyangga tiang Gantungan Gong yang dibawa Patih Lohgender dari Majapahit.
Saat itu pihak swapraja Sintang tak keberatan, namun dengan beberapa syarat, salah satunya Sultan Hamid harus menandatangani semacam berita acara peminjaman, dan waktu peminjaman sendiri tak boleh lebih dari 1 bulan. Fakta bahwa bentuk Burung Garuda yang pernah dibawa Sultan Hamid II tersebut kini di Simpan di Istana Kesultanan Sintang, yang telah ratusan tahun lalu menjadi pusat Kerajaan Sintang.
Menurut A.M Sulaiman (83) salah seorang pegawai swapraja Sintang yang turut menjadi saksi peminjaman lambang kerajaan Sintang oleh Sultan Hamid II pada masa itu, juga membenarkan adanya peminjaman tersebut. Sebagai saksi hidup peminjaman, beliau juga menyatakan, tak bermaksud menyangkal fakta sejarah bahwa Sultan Hamid II yang mengusulkan Burung Garuda Sebagai lambang negara, namun mereka hanya berharap ada pelurusan kronologi sejarah. Faktanya adalah Sultan Hamid II memang meminjam lambang kerajaan Sintang yang berbentuk Burung Garuda. Faktanya lambang tersebut menjadi acuan Sultan Hamid mengusulkan Burung Garuda Sebagai Lambang Negara.” Ditambahkan lagi olehnya saat dialog antara keduanya, Ade Mohammad Djohan mengusulkan kepada Sultan Hamid II untuk mengusulkan Burung Murai sebagai lambang Negara, karena burung murai adalah burung pembersih atau rajin artinya tidak mau bermain-main ditempat yang kotor, oleh sebab itu apabila kita lihat sarang burung murai selalu dalam keadaan bersih.
Diskursus mengenai kronologi terciptanya lambang negara Indonesia kembali dibuka, pasalnya meski sejarah negara ini menyatakan bahwa ide penggunaan Burung Garuda sebagai lambang negara ini diperkenalkan oleh Sultan Hamid II dari Pontianak, namun ternyata lambang yang dibawa oleh Sultan Hamid tersebut dipinjam dari lambang kerajaan Sintang. Apabila Sultan Hamid II tidak meminjam burung Garuda yang menjadi lambang kerajaan Sintang saat itu, besar kemungkinan rancangan lambang Negara yang diusulkan oleh Sultan Hamid II bisa jadi dengan bentuk dan nama lain seperti yang diusulkan oleh anggota panitia lainnya.
Kalau kita amati secara mendalam, lambang Negara Republik Indonesia “Lahir Dari Sintang” sudah tepat, karena bahan yang dipinjam oleh Sultan Hamid II berbentuk fisik dan bukan sketsa gambar garuda di berbagai candi di pulau Jawa seperti yang dikirimkan oleh K.H. Dewantara kepada Sultan Hamid II, apalagi seperti pernyatan J.U Lontaan yang menyatakan: "Ukiran burung Garuda. Tak berbeda dengan gambar burung garuda lambang bangsa Indonesia", Lambang kerajaan Sintang dengan nama Burung Garuda, sedangkan Lambang Negara oleh Sultan Hamid II menamakan Elang Rajawali Garuda Pancasila. Dan baru diatur dalam amandemen kedua UUD 1945 pada tahun 2000 barulah dicantumkan bahwa “Garuda Pancasila” merupakan Lambang Negara Indonesia.
Oleh sebab itu lambang Negara Republik Indonesia lahir dari lambang kerajaan Sintang sudah sangat jelas sekali karena artefak burung Garuda itu sendiri masih utuh dan terpelihara dengan baik, bahkan dalam rangka memperingati “60 tahun Garuda Pancasila” oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melalui Museum Konperensi Asia Afrika Bandung meminjam artefak burung Garuda itu untuk dijadikan icon pameran "60 tahun Garuda Pancasila". Karena pameran itu mendapat sambutan puluhan ribu pengunjung, maka pihak kementerian luar negeri melalui museum konperensi Asia Afrika memperpanjang peminjaman untuk tingkat Asia di Bandung sehingga peminjaman artefak tersebut menjadi 6 (enam) bulan lamanya. Alhasil artefak burung Garuda yang berasal dari eks kerajaan Sintang mampu menyedot puluhan bahkan ratusan ribu pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat.

  "GARUDA"LAHIR DARI SINTANG

Garuda merupakan lambang Negara Indonesia, hampir semua orang tahu itu. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui darimana asal-muasalnya dan bagaimana sejarahnya hingga menjadi lambang kebanggaan negara ini. Sewaktu Republik Indonesia Serikat dibentuk, dia diangkat menjadi Menteri Negara Zonder Porto Folio dan selama jabatan menteri negara itu ditugaskan Presiden Soekarno merencanakan, merancang dan merumuskan gambar lambang negara. Dia adalah Sultan Hamid II yang berasal dari Pontianak.
Dalam perjalanan mencari inspirasi tentang lambang Negara yang ditugaskan oleh Soekarno pada saat itu, Sultan Hamid II sempat berbincang-bincang dengan Ade Muhammad Djohan (Ketua Majelis Kerajaan Sintang). Dalam perbincangan tersebut diungkapkan oleh Ade Muhammad Djohan tentang lambang kerajaan Sintang yang bernama burung Garuda. Mendengar penjelasan tersebut, Sultan Hamid II tertarik untuk melihat atau menyaksikan secara langsung bagaimana bentuk lambang kerajaan Sintang.
Dalam menjalankan tugasnya sebagai Menteri Negara Zonder Porto Folio, Sultan Hamid II berkunjung ke Kabupaten Kapuas Hulu. Dalam kunjungan kerja tersebut Sultan Hamid II menyempatkan diri untuk singgah di kerajaan Sintang untuk melihat secara langsung lambang Kerajaan Sintang dan Sultan Hamid II tertarik dan beliau mohon kepada Ade Muhammad Djohan (Ketua Mejelis Kerajaan Sintang) untuk dapat meminjamkan lambang kerajaan Sintang dibawa ke pontianak, dan oleh Ade Muhammad Djohan di setujui dan di saksikan oleh enam orang pegawai swapraja. Burung Garuda yang dipinjamkan oleh kerajaan Sintang pada saat itu adalah yang beukuran kecil yang terdapat pada gantungan tiang gong. Dengan peminjaman Burung Garuda dari kerajaan Sintang oleh Sultan Hamid II, itulah yang menjadi salah satu inspirasi beliau untuk menjadikan lambang Negara Indonesia dengan nama “GARUDA” serta dengan bentuk yang tidak jauh berbeda. Apabila diuraikan atau dianalisis lebih mendalam tentang peminjaman tersebut, maka apabila Sultan Hamid II tidak meminjamkan burung Garuda yang menjadi lambang kerajaan Sintang saat itu, besar kemungkinan rancangan lambang Negara yang diusulkan oleh Sultan Hamid II bisa jadi dengan bentuk dan nama lain seperti yang diusulkan oleh anggota tim lainnya.
Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa “Garuda” yang dijadikan lambang Negara Indonesia? Bukan Cenderawasih, Rajawali, Elang, atau burung yang lainnya. Ada yang menyebutnya Garuda itu seperti Elang Jawa, atau seperti Elang Papua dan lain sebagainya. Dengan adanya penjelasan dari wawancara dengan salah satu saksi peminjaman yang saat itu masih dalam keadaan sehat mengatakan bahwa dalam dialog antara Sultan Hamid II dengan Ade Muhammad Djohan, disarankan oleh Ade Muhammad Djohan supaya lambang Negara menggunakan burung murai.
Kalau kita amati secara mendalam, dapat disimpulkan 80 % lambang Negara Republik Indonesia di adopsi dari lambang kerajaan Sintang, yang oleh Sultan Hamid II dijadikan inspirasi untuk merancang Lambang Negara Republik Indonesia. Mengapa…? Karena beberapa kali rancangan itu sempat ditolak (mengalami perubahan) oleh anggota panitia lambang Negara RIS lain, seperti M. Natsir misalnya, karena ada tangan manusia yang memegang perisai berkesan terlalu mitologi dan feodal. Setelah mendapat banyak masukan untuk penyempurnaan rancangan itu, sehingga tercipta bentuk figur elang Rajawali. Disini burung Garuda digambar dalam bentuk alami menyerupai Elang Rajawali yang perkasa yang menyerupai lambang kerajaan Sintang saat itu. Sedangkan bentuk perubahan yang terjadi berupa penambahan dan pengurangan, seperti : bagian kepala menjadi berjamul dan menghadap ke kanan, perisai Pancasila digantungkan menempel pada leher Elang Rajawali Garuda Pancasila, dan bagian kaki menjadi terbuka dengan memegang pita semboyan Bhineka Tunggal Ika. Selain dari itu tidak ada perubahan yang mendasar baik dari bentuk maupun namanya. Lambang kerajaan Sintang dengan nama Burung Garuda, sedangkan Lambang Negara Republik Indonesia “Garuda Pancasila”. Oleh sebab itu lambang Negara Republik Indonesia lahir dari lambang kerajaan Sintang. Hal itu sudah sangat jelas sekali karena artefak burung Garuda itu sendiri masih utuh dan terpelihara dengan baik, bahkan dalam rangka memperingati “60 tahun Garuda Pancasila” oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia melalui Museum Konperensi Asia Afrika Bandung meminjam artefak burung Garuda itu untuk dijadikan icon pameran "60 tahun Garuda Pancasila". Karena pameran itu mendapat sambutan ratusan ribu pengunjung, maka pihak kementerian luar negeri melalui museum konperensi Asia Afrika memperpanjang peminjaman untuk tingkat Asia di Bandung sehingga peminjaman artefak tersebut menjadi 6 (enam) bulan lamanya. Alhasil artefak burung Garuda yang berasal dari eks kerajaan Sintang mampu menyedot ratusan ribu pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat.
Sejarah singkat keberadaan “Burung Garuda” di kerajaan Sintang merupakan salah satu barang hantaran dari Patih Logender dari kerajaan Majapahit untuk mempersunting Putri Dara Juanti dari kerajaan Sintang diperkirakan sekitar tahun 1401 M. Pada masa pemerintahan Putri Dara Juanti sebagai raja di kerajaan Sintang burung Garuda tersebut dijadikan sebagai lambang kerajaan Sintang. Untuk memperjelas bahwa lambang kerajaan Sintang berupa burung Garuda, maka pada tahun 1807 M, pada masa pemerintahan Pangeran Ratu Achmad Qamaruddin menjadi raja Sintang, dibuatlah duplikat patung burung Garuda yang berukuran besar yang di pahat oleh seorang tokoh dari suku Dayak yang bernama Suta Manggala, menyerupai bentuk aslinya yang terdapat pada tiang gong dan yang dipinjam oleh Sultan Hamid II untuk merancang lambang Negara. Sebagai bukti sejarah patung burung Garuda yang berukuran kecil yang terdapat di tiang gong masih terawat dengan baik, walaupun ada sedikit kerusakan karena faktor usia dari bahan kayu untuk pembuatannya dan yang berukuran besar juga masih terjaga dan tersimpan rapi di istana kerajaan sintang.
 
"TANAH TANJUNG" (Perjuangan Pangeran Kuning Melawan Kolonialisme
 

Peristiwa Tanah Tanjung merupakan sebuah tempat yang sangat berharga pada pusat pemerintahan di kerajaan Sintang. Akibat dari masuknya pemerintah Belanda yang menjadikan Tanah Tanjung sebagai tempat mendirikan benteng pertahanan, dari itu mulainya sejarah perjuangan Pangeran Kuning yang selalu membela kebenaran dan keadilan. Pangeran Kuning adalah seorang yang bijaksana serta tepat menjadi pemimpin dan tidak benar jika memandang pangeran ini sebagai seorang pemberontak. Keteguhan dan keberanian rupanya sangat membantu perjuangannya melawan kolonialisme dan akhirnya membuahkan hasil. Prinsip yang dipegang teguh oleh Pangeran Kuning adalah seorang yang budi pekertinya jujur, menepati janji dan seorang pangeran yang meduduki posisi sebagai wazir II di kerajaan Sintang pada masa pemerintahan Pangeran Adipati Surya Negara Muhammad Djamaluddin sebagai raja. Ketokohan Pangeran Kuning bukan saja memiliki pengetahuan mendalam tentang seluk-beluk hukum agama tetapi sangat terampil pula dalam hukum Adat.

Seperti yang sudah dikatakan diatas, bahwa Pangeran Kuning adalah seorang pahlawan besar, yang sejak didalam pemerintahan kerajaan Sintang sebagai orang yang tidak menerima kehadiran kolonial Belanda di Sintang sudah diakui, baik oleh rakyat Sintang sendiri, maupun oleh musuh-musuh (kolonial Belanda). Kenyataan ini dapat dibuktikan pada perlawanan-perlawanan beliau. Sejak Pangeran Kuning meninggalkan istana untuk melawan kolonial Belanda. Dengan demikian, tentulah beliau tidak akan bisa melupakan tentang kejadian-kejadian yang menyebabkan politik pemerintah di kerajaan Sintang diambil alih pemerintah kolonial Belanda.
Perang perlawanan terhadap kolonial yang dilakukan oleh laskar perlawanan di wilayah Sintang dibawah pimpinan Pangeran Kuning berlangsung ± 35 tahun (1822-1857). Bukti-bukti peninggalan sejarah sebagian besar telah musnah, para pelaku sejarah sudah kembali kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang tersisa hanyalah catatan (manuscrips) dan tempat bersejarah sebagai saksi bisu yang mampu mengungkapkan peristiwa perlawanan ke permukaan yang patriotik dan heroik pada zamannya. Tentang perlawanan dimaksudkan itu, pihak kolonial Belanda sendiri telah mengakuinya sebagaimana termuat di dalam laporannya: pertama, Historische Aanteekeningen, Jaar 1889”, kedua, “Chronologish-Ta Bellarisch Overz Icht Gesciedenis Garniz Oens-Bataljon De Westera Deeling Van Borneo. (Opgericht Ingevolge Gouvts. Besluit ddo. 8 Mei 1856) No. 10 (Kon. Nesluit dd. 2 Augustus 1853 Letter E.14). Mutaties, Veldtochten. Uitstekende Daden, Byzondere Verrichtingen En Ontvangen Beloeningan”.

Dengan adanya pengakuan dari pemerintah kolonial Belanda tersebut, berarti ada bukti tertulis yang tak terbantahkan tentang kebenaran, keberadaan dan keabsahan perang melawan kolonialisme Belanda di wilayah Sintang. Disamping itu memang tidak ada pemberontakan lain sebagai aksi perlawanan yang dimaksud yang terjadi pada kurun waktu dari tahun 1822 (saat pemerintah kolonial Belanda tiba di Sintang), dan pada tahun 1825 meletuslah gerakan perlawanan pertama kalinya yang dipimpin oleh Pangeran Kuning di Sintang yang pada akhirnya sampai beliau wafat ditahun 1857 perang terus berkecamuk, sehingga keputusan Gubernur Jendral Belanda dengan mengeluarkan pernyataan bahwa bagian Sintang pada tanggal 20 Desember 1856 berada dalam keadaan Perang (Darurat). Setelah beliau wafat aksi perlawanan tetap semarak, berkobar, dan berlanjut.


"Putri Dara juanti"

Putri Dara Juanti yang terkenal dalam sejarah kerajaan sintang yang membawa perhubungan dengan tanah jawa. Dalam sejarahnya Dara Juanti berlayar ke tanah Jawa untuk membebaskan saudaranya Demong Nutup (di jawa dikenal dengan nama Adipati Sumintang) yang ditawan oleh salah satu kerajaan di Jawa. Singkat cerita, di pelabuhan tuban Dara Juanti di hadang oleh prajurit kerajaan dan merupakan pertemuan pertama dengan seorang Patih dari Majapahit yaitu Patih Logender. Dari pertemuan itulah yang membuat hubungan keduanya semakin dekat, dan kemudian Patih Logender pergi ke Kerajaan Sintang untuk melamar Dara Juanti. Namun malang tak bisa di tolak Patih Logender harus pulang ke Jawa karena harus memenuhi persyaratan - persyaratan yang di minta oleh Dara Juanti. Diantara persyaratan itu antara lain : Keris elok tujuh berkepala naga, empat puluh kepala, empat puluh dayang-dayang, dan lainnya.Dengan memenuhi persyaratan yang diminta dan semuanya terpenuhi barulah pinangan itu diterima bersama barang pinangan lainnya yang diserahkan oleh Patih Logender kepada Demong Nutup untuk meminang Puteri Dara Juanti. Selain persyaratan diatas, Patih logender menyerahkan barang-barang pinangan lainnya seperti seperangkat alat musik, patung burung garuda terbuat dari emas, sebongkah tanah majapahit, dan lainnya. Melihat barang pinangan sudah dipenuhi oleh Patih Logender sebagai persyaratan untuk meminang Puteri Dara Juanti, tidak lama kemudian pernikahan-pun dilangsungkan. Dalam catatan sejarah, pernikahan Putri Dara Juanti dengan Patih Logender diperkirakan tahun 1401 M, karena pada saat pernikahan usia Puteri Dara Juanti diperkirakan 27 tahun sedangkan Patih Logender diperkirakan diatas 50 tahun karena di Jawa Patih Logender sudah memiliki isteri dan mempunyai tiga orang anak. Dari Pernikahan itu keduanya dikarunia tiga orang anak, yang pertama dan kedua perempuan yaitu Dewi Kesuma dan Dewi Udara serta yang ketiga laki-laki bernama Abang Semat (Jubair Irawan II).

MAsuknya Agama Islam Di Kerajaan Sintang

Pada pertengahan abad ke – XVII, Kerajaan Sintang di perintah oleh seorang raja yang bernama Abang Pencin bergelar “ Pangeran Agung ”, Baginda Pangeran Agung adalah turunan ke – 17 dari Raja di Kerajaan Sintang yang pertama. Pusat Pemerintahan Kerajaan pada waktu itu terletak di wilayah yang disebut Pulau Perigi, yaitu ditengah kota Sintang dan pada saat sekarang perbatasan antara Kelurahan Kapuas Kiri Hilir dan Kelurahan Kapuas Kiri Hulu.
Baginda Pangeran Agung beserta sebagian besar rakyatnya menganut agama Hindu, serta sebagian lainnya masih menganut faham animisme. Pada masa itu agama hindu telah berkembang dan tersebar dengan pesatnya di Kerajaan Sintang bagaikan cendawan di musim hujan, agama hindu berkembang sejak abad ke – XV yang dibawa dan di kembangkan oleh seorang Patih dari Kerajaan Majapahit bernama Patih Logender.
Belum begitu lama Baginda Pangeran Agung memangku jabatan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, datanglah dua orang perantau dari luar kerajaan Sintang yang kemudian diketahui ternyata para mubaligh Islam. Mereka adalah Mohammad Saman dari Banjarmasin dan Enci’ Shomad dari Serawak.
1Begitu sampai ditanah Sintang kedua mubaligh langsung menghadap Baginda Raja Pangeran Agung, mereka berdua menyatakan keinginannya menetap di Kerajaan Sintang jika mendapat izin dari Baginda Raja, Sebagai mubaligh, tutur bahasa yang lemah lembut serta sopan santun dengan penuh rasa rendah hati menyebabkan Baginda Raja Pangeran Agung tertarik, dan atas izin Baginda Raja kedua mubaligh itu bertempat tinggal di rumah seorang Menteri. Dirumah Menteri itu kedua mubaligh tetap melaksanakan ibadah sholat sebagaimana mestinya. Tidak berapa lama sang menteripun tertarik ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh kedua mubaligh tersebut dan pada suatu hari menteri memberanikan diri untuk menanyakan hal ihwal apa yang dikerjakan oleh kedua mubaligh tersebut. Kedua mubaligh itu saling silih berganti menerangkan kepada menteri pokok-pokok ajaran Islam, dan kemudian menteri bersama keluarganya menyatakan dirinya untuk memeluk agama Islam. Karena takut diketahui oleh Baginda Raja, semula menteri dan keluarganya mempelajari agama Islam secara diam-diam, hari demi hari telah dilewati, tapi raja yang selalu memperhatikan dan mengawasi gerak – gerik rakyatnya, akhirnya tahu juga.
2Suatu ketika menteri dan bersama kedua mubaligh itu dipanggil menghadap, dihadapan Baginda Pangeran Agung kedua mubaligh menerangkan tentang pokok-pokok ajaran Islam, mereka menjelaskan bahwa agama Islam itu bukanlah agama baru bahkan telah dianut oleh jutaan manusia di permukaan bumi. Disatu sisi agama Islam mengajak seluruh manusia agar hanya mengabdi kepada Allah SWT, dan di sisi Islam mengajarkan agar bergaul baik dengan sesama.
Kemudian Baginda Pangeran Agung bertanya kepada kedua mubaligh tersebut, apakah anda juga berhasrat mengajak kami kepada Islam ? dengan tegas Mohammad Saman menjawab “ tentu saja, Tuanku “ Bagaimana sikap kalian andaikata kami tidak bersedia ? Tanya Baginda Raja lagi. Kami tetap menghormati Tuanku dan berterima kasih atas kemurahan hati Tuanku menyambut kami sambung Enci’ Shomad.
Baginda Pangeran Agung tersenyum dan langsung menyatakan bahwa dirinya memeluk agam Islam dan Baginda Pangeran Agung langsung mengucap Dua Kalimah Syahadat. Kemudian Baginda Pangeran Agung menambahkan bahwa beliau telah lama mendengar tentang agama Islam tetapi beliau belum sempat mempelajari secara mendalam. Konon baginda ingin menikah dengan putrid raja Sanggau yang sudah memeluk agama Islam, tetapi lamaran Baginda belum mendapat jawaban yang tegas. Dan setelah baginda Pangeran Agung memeluk agama Islam utusan raja Sanggau datang membawa tanda mata.
3Tidak lama kemudian baginda Pangeran Agung menikah dengan putri dari kerajaan Sanggau yang bernama Dayang Mengkiang. Dengan didorong hasrat untuk memajukan agama baru, Mohammad Saman dan Ecci’ Shomad baginda angkat sebagai warga negeri kerajaan Sintang dan kemudian balai kerajaan dijadikan pusat penyiaran agama Islam. Kedua mubaligh baginda kawinkan dengan keluarga kerajaan sehingga merekapun makin dihormati oleh rakyat.
Setelah tersiar kabar Baginda Pangeran Agung memeluk agama Islam, maka rakyat di kerajaan Sintang yang sebelumnya menganut agama Hindu dan Animisme berduyun – duyun memeluk agama Islam sehingga pemeluk agama Islam mulai berkembang. Setelah cukup lama memangku Jabatan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, Baginda Pangeran Agung berpulang kerahmatullah, kedudukan sebagai Raja di Kerajaan Sintang diganti oleh Putra Mahkota yang bernama Pangeran Tunggal dan Beliau dinobatkan
sebagai Raja di Kerajaan Sintang yang ke XVIII. Kegiatan Baginda Pangeran Tunggal tidak kurang dari ayahndanya sehingga agama Islam semakin berkembang sampai ke pedalaman. Baginda menjalankan Pemerintahan cukup lama dan baginda Pangeran Tunggal yang merencanakan pembangunan Masjid yang pertama dalam kerajaan Sintang. Tetapi mujur tak dapat diraih dan malang tak dapat di tolak, sebelum rencana terlaksana Baginda Pangeran Tunggal berpulang kerahmatullah.
4Karena Putra almarhum Abang Itot tidak memenuhi syarat sebagai Raja di Kerajaan Sintang, sedangkan Putra mahkota almarhum yaitu Pangeran Purba tidak berada di negeri Sintang, karena sudah berkali – kali diberitahu tentang keadaan ayahnda semasa masih hidup bahkan sampai Baginda Pangeran Tunggal wafat pun Pangeran purba tidak datang dan pada akhirnya untuk di angkat sebagai Raja di Kerajaan Sintang, diangkatlah keponakan almarhum Baginda Pangeran Tunggal sebagai Raja di Kerajaan Sintang ke XIX, yaitu putra dari Nyai Cili ( adik Pangeran Tunggal ) dan Mangku Negara Melik yang bernama Abang Nata, ketika itu Abang Nata masih berusia 10 tahun. Sementara menunggu dewasa Pemerintahan ditangani oleh seorang Wazir bernama Senopati Laket, Ia menjalankan pemerintahan sampai Raja berusia 20 tahun. Setelah Abang Nata berusia 20 tahun, maka beliaupun dinobatkan sebagai Raja di Kerajaan Sintang, bergelar ‘ Sultan Nata Muhammad Syamsuddin